Siang itu lumayan panas, tapi mau gimana lagi, aku harus meminta novel yang dipinjam kakak kelasku sebelum aku pulang. Haduh.. Mana dia terlihat lagi sibuk banget sama temannya? Ckckck. Okeh, aku pun memberanikan diri menghampirinya.
“Kak Defri, bisa bicara bentar nggak?” tanyaku pada Kak Defri yang sedang berkumpul dengan Kak Dion teman sekelasnya.
“E…Iya. Ada apa? Pasti soal buku ya?”
“Yup.”
“Ehem ehem.” goda Kak Dion.
“Kenapa, Di?” Tanya Kak Defri.
“Ah enggak kok. Cuma tenggorokanku agak nggak enak aja.” kata Kak Dion sambil senyum-senyum nggak jelas ke aku.
“Nih bukunya. Thanks ya.” kata Kak Defri.
“You’re welcome. Duluan ya.”
“Ya.”
“Hati-hati di jalan ya Liv, nggak minta diantar sama Defri nih?” Tanya Kak Dion.
“Nggak deh. Takut ngerepotin.”
“Nggak kok. Ya kan, Def?”
“Apaan sih?” kata Kak Defri sambil agak tersipu malu.
Heleh.. Aku pun langsung berlalu tanpa menghiraukan ucapan mereka. Lalu beberapa saat setelah aku agak menjauh dari Kak Defri dan temennya, ada seorang cowok yang menghampiri aku. Dia adalah Kak Fahmi. Kak Fahmi ini anak kelas 3 SMA yang juga dekat sama aku. Sedangkan Kak Defri tuh anak kelas 2. Haduh.. ada apa dengan mereka berdua ini?
“Hai dek, nggak pulang?”Tanya Kak Fahmi.
“Baru aja mau pulang. Kenapa?”
“Aku anterin?”
“Nggak deh, makasih Kak.”
“Kenapa?”
“Aku nggak mau nanti jadi fitnah dan gosip di mata temen-temenku yang lihat. Maaf banget ya Kak, aku tahu maksud kamu baik, tapi sorry banget kalau aku tolak.”
Dan hasilnya wajah Kak Fahmi agak kecewa. Tapi mau bagaimana lagi, aku juga males banget kalau musti dipaksa-paksa. Ckck.
***
Besoknya di sekolah, waktu pelajaran aku ngerasa bosen banget sama pelajaran itu, akhirnya untuk melepas kebosananku, aku melihat keluar jendela. Ternyata di sana lagi ada Kak Fahmi yang ngeliatin aku, padahal dia lagi jalan sama temannya. Wah.. Nggak takut nabrak tuh?? Eh, setelah Kak Fahmi berlalu, gantian Kak Defri yang lewat di seberang jendela sambil senyum ke aku. Waduh.. ini pada kenapa ya?
Waktu istirahat pun tiba. Aku segera berlari ke kantin. Di kantin aku ketemu lagi sama Kak Fahmi. Ya biasa dia nyapa aku trus ngajak ngobrol sedikit. Tapi setelah itu, aku melihat Kak Defri jalan menuju ke kantin. Dan tau nggak? dia juga datang menghampiri aku dan Kak Fahmi.
“Kak Fahmi, ngapain duduk berduaan sama Olivia di sini?” Tanya Kak Defri.
“Lho emangnya kenapa? kalau kamu ingin gabung, duduk aja di sini. Oya ternyata kamu udah kenal sama Olivia ya, padahal aku mau ngenalin kamu ke Dek Oliv. Dek kamu jangan-jangan udah kenal Defri?”
“Ehmz.. iya Kak. Aku sudah kenal sama kak Defri.”
“Ya udah deh, daripada aku mengganggu acara kalian, mending aku pergi aja.” kata Kak Defri.
“Lho Def,kamu nggak jadi makan?”
“Nggak nafsu.” jawab Kak Defri singkat dan langsung berlalu.
Mereka ini bersaudara, tapi kok sikapnya Kak Defri kayak gitu ke Kak Fahmi?? Apalagi setelah tahu aku lagi sama dia?? Gawat! Kok kayaknya aku ngeliat ada sesuatu yang aneh antara aku, Kak Defri dan Kak Fahmi!!! Tapi aku nggak boleh berfikir yang macam-macam dulu.
***
Siangnya pas aku mau pulang, aku melihat Kak Defri sama Kak Fahmi kayaknya agak bertengkar.
“Def, mana cewek yang kamu taksir itu? katanya mau kamu kenalin ke aku?”
“Bukannya Kakak udah kenal sama dia?!” jawab Kak Defri yang kedengarannya agak sewot.
“Apa? Aku sudah kenal? Siapa??”
“Olivia.”
“Olivia?? Kamu naksir Olivia?!”
“Emang iya! Trus kenapa?! Kak Fahmi nggak terima?! Apa karena Kakak juga naksir sama Oliv?! Iyakan Kak?!”
“Def! Nggak usah ngebentak donk! O…jadi cewek yang selama ini kamu taksir itu cewek yang sama seperti yang aku taksir?!”
Apa!! Kakak beradik itu naksir aku? Ya ampun? Kenapa ini bisa menimpa aku sih? Aduh aku harus gimana nih??
“Iya!! Dan Kak Fahmi udah ngerebut Oliv dari aku!!”
“Ngerebut gimana?! Jelas-jelas dia belum jadi pacar kamu, bisa-bisanya kamu bilang kalau aku ngerebut dia dari kamu!”
“Lihat aja Kak, kita buktiin siapa yang bakalan dipilih sama Olivia! Aku atau kamu!”
Lalu setelah aku selesei mendengarkan pembicaraan mereka yang secara nggak sengaja aku dengarkan, aku langsung pergi meninggalkan tempat itu. Tapi bodohnya aku, aku malah menyenggol tutup tong sampah sehingga tutupnya jatuh dan menimbulkan bunyi yang mengagetkan mereka berdua.
“Siapa di situ?!” teriak Kak Fahmi.
“Kucing… Eh!! Aduh bego’ banget sih aku!! sejak kapan kucing bisa bicara.”
Lalu mereka berdua pun menghampiri aku yang sudah tidak bisa berkutik lagi. Dan betapa kagetnya mereka karena orang yang sudah membuyarkan suasana itu adalah aku.
“OLIVIA????!!!!”kata Kak Defri dan Kak Fahmi bersamaan.
“Hai, sorry aku mengganggu acara kalian. Hehehe.”
“Sejak kapan kamu di sini Liv?”Tanya Kak Defri.
“Sudah dari tadi….”
“Jadi kamu mendengar pembicaraan kami berdua?”Tanya Kak Fahmi.
“Secara tidak sengaja….Iya.”
“Oke kalau gitu, berarti kamu sudah tau perasaan kita berdua ke kamu, sekarang kamu harus menentukan diantara kami berdua siapa yang akan kamu pilih untuk menjadi pacar kamu. Kami butuh jawaban kamu sekarang.” kata Kak Defri
Pacar??? Aku nggak pernah berfikir untuk pacaran dengan seseorang di masa-masa aku sekolah. Aku masih ingin bebas berteman dengan siapa aja, tanpa ada kekangan dari seorang pacar. Ya Allah, kenapa aku di tempatkan pada 2 pilihan seperti ini? Kalau aku memilih Kak Defri, aku harus siap-siap melihat Kak Fahmi kecewa. Tapi kalau aku memilih Kak Fahmi, maka yang pasti menelan pil kekecewaan adalah Kak Defri. Ya Allah, berikan aku petunjukMu. Aku nggak ingin salah satu dari mereka berdua kecewa dan sedih, apalagi mereka berdua kakak beradik selain itu aku juga nggak mau ada jarak sama mereka berdua kalau aku memilih salah satu dari mereka.
“Aku sudah memutuskan kalau aku.. nggak memilih.. ”
Duh sepertinya wajah mereka berdua begitu tegang, tapi aku harus mengatakan ini pada mereka berdua. Mereka harus menerima keputusanku ini. Mau nggak mau mereka harus menerimanya. Ini adalah jalan yang terbaik untuk kita bertiga.
“Aku sudah memutuskan.. kalau aku.. nggak memilih.. salah satu dari kalian berdua..”
“APA?!!!” kata mereka bersamaan.
“Maksud kamu apa Liv?”Tanya Kak Defri
“Ya, maksud aku adalah aku nggak milih salah satu dari kalian berdua.”
“Apa karna udah ada orang lain di hati kamu?” Tanya Kak Fahmi
“Nggak. Aku cuma pingin membuat suatu keadilan. Untuk saat ini nggak terlintas di benakku sama sekali untuk pacaran. Aku ingin sekolah dulu. Untuk urusan pacaran itu nggak penting buat aku saat ini. Lagipula kalian berduakan bersaudara, aku nggak mau hanya gara-gara aku, hubungan kakak beradik kalian pecah. Trus aku juga nggak mau ada kesenjangan diantara kalian kalau seumpamanya aku memilih salah satu dari kalian.”
“Tapi dek… kita kan..”kata Kak Fahmi
“Ini udah keputusan aku dengan mempertimbangkan hal-hal yang udah aku sebutin tadi. Aku mohon kalian bisa terima ya. Aku yakin ini adalah yang terbaik buat kita bertiga.”
“…….”
Ternyata mereka berdua hanya bisa terdiam terpaku di hadapan ku. Lalu tanpa basa-basi lagi, aku pun meninggalkan mereka.
Dibalik itu semua, sedih banget ternyata rasanya udah bikin dua orang kecewa dalam satu waktu.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar